Dilihat
dari formatnya yang apa adanya, maka majalah dinding bisa dikatakan sebagai
majalah yang amat sederhana. Kesederhanaan ini antara lain meliputi;
penampilannya, bentuknya, pengelolaannya, hingga pada keterbatasan kolom atau
ruang yang disediakan. Sebagai guru, tentunya kita tak asing lagi dengan
majalah dinding. Terlebih guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Melalui majalah
ini kita bisa mengenalkan dan melatih peserta didik untuk mencoba berkarya.
Terutama yang ada kaitannya dengan tulis-menulis. Sehubungan dengan itu, ada
beberapa hal yang perlu dikuasai untuk bisa menciptakan majalah dinding di
sekolah, yaitu:
a. Karakteristik
Majalah dinding, baik itu yang dikelola oleh sekolah maupun
lembaga lain rata-rata memiliki karakter yang amat sederhana. Dikatakan
sederhana, karena bentuk penampilannya lembaran, tidak berbentuk buku atau
majalah sebagaimana yang biasa kita kenal. Mading memiliki karakter mudah
dibaca sambil berdiri. Untuk membaca majalah ini juga tidak dibutuhkan waktu
terlalu lama. Mading bisa dibaca sepintas. Bisa dibaca dengan jarak lebih 30 cm
dari mata kita. Mading merupakan majalah berbentuk hiasan, tulisan, dan gambar
yang dipajang di dinding, yang tidak memiliki banyak kolom atau ruangan.
b. Kolom
Dengan kesederhanaannya, agar tetap menarik perhatian pembaca,
mading dihadirkan dengan bentuk kolom-kolom tertentu. Misalnya perwajahan
mading (cover), ditampilkan dengan
nama yang cukup memikat. Nama ditulis dengan bentuk huruf yang mudah dibaca.
Usahakan cover majalah ditulis pada
warna dasar yang menarik, sehingga baru saja melirik nama madingnya saja,
pembaca sudah merasa terpikat untuk terus menikmati tulisan-tulisan yang
disuguhkan sampai selesai.
Selain cover, wajah
mading ini perlu dipetak-petak lagi menjadi beberapa kolom antara lain; kolom
pengelola, kolom pengantarredaksi, kolom daftar isi, kolom artikel, kolom
berita, kolom puisi, kolom cerita, kolom karikatur, kolom lukisan, dan
kolom-kolom yang lain.
c. Sumber Tulisan
Agar kehadirannya bisa memikat pembaca, terutama anak-anak yang
cinta membaca, majalah dinding harus diisi dengan tulisan-tulisan segar.
Tulisan hangat yang tengah menjadi perbincangan banyak orang. Jangan
menghadirkan berita atau tulisan yang sudah biasa didengar banyak pembaca.
Untuk bisa mengisi semua ruang yang ada di mading, hendaknya kolom demi kolom
harus diisi dengan tulisan-tulisan tertentu. Pengatar redaksi, diisi oleh
pengelola majalah, biasanya guru pembimbing. Kolom berita, bisa diisi oleh guru
atau anak-anak (wartawan sekolah) dengan liputan berita kegiatan di sekolahnya.
Kolom cerpen, diisi oleh anak-anak yang suka pada tulisan tersebut. Demikian
pula dengan kolom puisi dan kolom-kolom yang lain. Mengingat majalah dinding
sebagai media latihan menulis bagi anak-anak, maka usahakan semua tulisan
bersumber dari hasil karya tulis anak sendiri.
d. Kepala Berita
Setelah semua kolom yang tersedia di majalah dinding terisi
tulisan, sebagai guru pembimbing kita haruslah bisa segera menentukan judul
berita (head line) yang menarik. Kita tentukan judul tulisan yang mudah
dipahami oleh anak-anak. Judul berita sebisa mungkin merupakan rangkuman dari
tulisan yang ada pada majalah dinding yang kali itu ditampilkan. Dengan
demikian setiap kali mading tampil, judul berita pun berbeda-beda.
e. Perwajahan
Perwajahan disebut juga tata letak atau layout. Agar penampilan mading yang kita suguhkan kepada pembaca
selalu tampak menarik, tentu saja perlu kita poles dengan wajah yang cantik.
Tata kolom demi kolom sedemikian rupa, agar menghasilkan tata letak yang cukup
memikat. Dengan wajah dan tatanan yang menarik ini diharapkan pembaca tidak
cepat merasa bosan untuk terus membacanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar