Pengelolaan Surat Kabar
Surat kabar Koran pertama yang terbit di Indonesia
yakni pada zaman VOC sekitar tahun 1745. Isi surat kabar pertama tersebut hanya
memuat aneka berita tentang kapal dagang VOC, mutasi pejabat, berita
pernikahan, kelahiran dan kematian. Pembacanya pun masih terbatas warga Belanda
sendiri dengan judul Bataviasche Nouvelles. Koran ini terbit seminggu sekali
dengan isi empat halaman.
1. Struktur
Pengelolaan Surat Kabar
Pada
umumnya, terdapat dua bagian besar sebuah penerbitan pers atau media massa
yakni, Bagian Redaksi (Editor Department) dan Bagian Pemasaran atau Bagian
Usaha (Business Department). Dan kebijakan perusahaan dalam pengelolaan surat
kabarnya mempunyai peran kepada persepsi pembaca terhadap surat kabar tersebut.
Dalam
penerbitan sebuat surat kabar, biasanya terdiri dari beberapa bagian ataupun
devisi yang bertanggung jawab langsung maupun tidak langsung terhadap sebuah
penerbitan sebuah surat kabar, adapun susunan tim dalam sebuah sedaksi surat
kabar adalah sebagai berikut:
a) Penanggung
jawab surat kabar: pimpinan dari lembaga
penerbit surat kabar.
b) Pemimpin Redaksi adalah salah satu dari tim
redaksi yang bertugas mengajak/ memimpin rapat redaksi untuk menentukan tema
dan dan topik-topik tulisan setiap edisi surat kabar.
c) Tim
Redaksi merupakan beberapa orang (2-3 orang atau lebih) yang bertugas menseleksi,
mengolah dan menyunting tulisan yang masuk agar cocok untuk dimuat surat
kabarnya (dari segi topik dan panjang tulisan). Tim redaksi juga menjadi
reporter yang mencari bahan tulisan dan narasumber untuk ditulis sesuai
kebutuhan materi sebuah edisi surat kabar. Serta melakukan pemotretan dan
mengumpulkan/ menyusunnya menjadi stok foto yang sewaktu-waktu siap digunakan.
d) Tim
Reporter adalah wartawan lapangan yang bekerja untuk mencari berita di
lapangan, mewawancarai seseorang, dan membuat tulisan hasil lapangan/wawancara
tersebut. Hasil laporannya kemudian diolah (diedit) tim redaksi menjadi tulisan
yang siap dimuat. Selain itu, reporter juga melakukan pemotretan yang
diperlukan.
e) Lay-outer/type setter adalah orang yang
bertugas melakukan tataletak (lay-out) naskah, gambar, dan bagian-bagian lain
di dalam surat kabar dan tata aksara (setting) yaitu pemilihan jenis dan ukuran
huruf yang sesuai dengan kebutuhan (jelas dan artistik).
f) Ilustrator
adalah orang yang membuat gambar ilustrasi untuk melengkapi suatu naskah
(cerita/catatan pengalaman, cerpen, puisi, dan sebagainya).
g) Kontributor
tulisan adalah seseorang yang punya kepandaian menulis tetapi tidak masuk ke
dalam struktur organisasi media. Beberapa orang seperti ini dapat diperoleh
dari jenis keahlian (kompetensi)
tertentu, misal: Guru (menulis tentang isu pendidikan), petani maju (menulis
tentang inovasi pertanian), petugas Puskesmas (menulis tentang isu-isu
kesehatan masyarakat), staf pemerintahan (menulis tentang isu-isu otonomi
daerah), dan sebagainya. Juga terdapat perorangan yang memang merupakan
pemerhati dan bersedia menuliskan hasil pengamatan/pemikirannya.
2. Proses
Percetakan
Dalam
makalah ini kami tidak menjelaskan berbagai alat yang digunakan dalam proses
percetakan, namun cukup hanya sekedar mengetahui beberapa tekhnik
percetakannya.
Pada
saat ini ada lima macam teknik cetak yang umumnya digunakan,
yaitu:
( Frank Jefkins, 1996:252)
a) Offset-lithography
Kata
offset umumnya digunakan untuk merujuk proses pencetakan lithography. Hal itu
berarti bahwa ada tiga silinder dengan fungsi yang berbeda dalam mesin offset –
lith. Plat dilengkapkan mengelilingi silinder plat dengan citra cetak bentuk
positif pertama, mencetak pada selimut silinder kedua sehingga citra cetak
positif menjadi negative atau terbalik. Kemudian citra cetak kedua mencetak
citra cetak negative pada kertas yang digunakan melalui silinder.
b) Flexografi/cetak
tinggi
Digunakan
di Inggris guna untuk mencetak “delicate material’’ seperti foil untuk kemasan.
Flexography dikembangkan di Amerika Serikat untuk priduksi surat kabar.
Flexography merupakan proses web letterpress rotary, tetapi proses percetakan
ini menggunakan plat karet yang fleksibel, dan solvent yang cepat kering atau
tinta dengan basis air. Dengan menerapkan plat potopolimer yang telah diolah
lagi dan tinta khusus.
c) Potogravure
Mempunyai
keunggulan pada usia plat cetak atau sleeve. Mempunyaikualitas yang cukup bagus
dan murah, biasanya digunakan untuk mencetak kertas jenis art paper, dalam
versi yang lebih baik photogravure digunakan untuk mencetak prangko atau benda
pos lainnya.
d) Sablon/cetak
saring/screen printing
Teknik
cetak ini berasal dari negri cina, yang memanfaatkan layar (screen) atau
tenunan (mesh) rambut manusia. Biasanya digunakan untuk mencetak kertas, papan,
plastic, kaos, dll.
e) System
hard-dot
Versi
terbaru pencetakan photogravure, yang mengahsilkan cetakan yang sebanding
kualitasnya dengan cetak offset-litho. Merupakan system silindergravure
hard-dot kliscograph elektronik buatan Jerman. Sisitem ini memiliki plat dengan
permukaan bidang cetaknya berupa titik-titik yang berbentuk sesuai dengan
desain yang menonjol keluar. Bentuk seperti ini berlainan dengan plat pada
system pothogravure. System hard-dot memiliki area permukaan dengan ukuran yang
bervariasi dengan terang atau gelapnya nada warna. Berbeda dengan system potogarvure
yang memanfaatkan kotak-kotak sel cekung yang dapat menyimpan tinta sesuai
dengan derajat gelap terangnya nada warna yang diinginkan.
3. Proses
Penerbitan
Pada
umumnya terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui dalam penerbitan surat
kabar. Tahapan penerbitan ini penting dilakukan agar berita atau informasi yang
dihasilkan dapat memnuhi syarat penerbitan yang baik. Adapun tahapan-tahapan
tersebut antara lain:
a) Tahap
Perencanaan
Tahap
perencanaan dalam manajemen redaksional untuk surat kabar harian adalah
penentuan kebijakan isi pemberitaan untuk esok pagi, dan membahas berita-berita
yang perlu ditindaklanjuti. Berita yang baik adalah hasil perencanaan yang baik.
Prinsip ini berlaku bagi berita yang sifatnya diduga. Fungsi perencanaan,
merupakan
kegiatan
yang dimulai dari pembahasan ide (gagasan) awal sampai dengan pelaksanaan
proses pencarian berita. Hal yang biasanya dibahas dalam tahap perencanaan ini
antara lain :
·
Menentukan wilayah sasaran.
·
Mengidenktifikasi dan menentukan
indikator efektivitas (indicators of effectiveness) dari setiap pekerjaan yang
telah, sedang, dan akan dilaksanakan
·
Menentukan hasil yang ingin dicapai
dalam jangka panjang dengan selalu
·berinovasi.
·
Mempersiapkan rencana tindakan yang
terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: (a )Menentukan urutan tindakan
yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Tindakan ini lebih ditegaskan saat
rapat redaksi; (b) Penjadwalan (scheduling) menentukan waktu yang diperlukan
untuk mencapai tujuan atau sasaran. Penjadwalan dan penugasan untuk para
reporter yang tergabung ke dalam newsroom agar mereka melaksanakan tugas
peliputannya; (c) Anggaran (budgeting) menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan. Tim redaksi juga harus memperhitungkan dengan cermat masalah iklan masuk dan biaya- biaya
lainnya seperti penugasan pemimpin redaksi maupun reporter untuk mengikuti
perkembangan yang terjadi; ( d ) Pertanggungjawaban, menetapkan siapa yang akan
mengawasi pemenuhan tujuan yaitu pihak yang menyatakan tujuan sudah tercapai
atau belum; (e) Menguji dan merevisi rencana sementara (tentative plan); (f )
Membangun pengawasan, yaitu memastikan tujuan akan terpenuhi. Pengawasan secara
detail hanya dilakukan oleh Kepala Bagian Marketing dan Pemimpin Redaksi Harian
Umum Radar Cirebon. Kepala Bagian Marketing fokus pada masalah iklan, sedangkan redaksi fokus pada masalah pemberitaan;
(g) Komunikasi-komunikasi antar organisasi yang baik, sehingga para stafnya
melakukan tugasnya dengan hati yang ikhlas dan senang; (h)Pelaksanaan.
b) Tahap
pengorganisasian
Pengorganisasian
manajemen redaksional adalah penyusunan struktur organisasi dan pembagian tugas
pekerjaan serta penempatan orang berikut jabatannya di dalam struktur
organisasi. Pada proses redaksional terdapat staffing yang berfungsi untuk
melaksanakan aktifitas redaksional (Djuroto, 2006: 117)
c) Tahap
Penggerakan
Tahap
penggerakan dalam manajemen redaksional adalah aktivitas yang menggerakkan
orang-orang beserta fasilitas penunjangnya untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan, yaitu menghasilkan produk jurnalistik. Aktivitas tersebut meliputi
peliputan, penulisan, dan penyunting berita. Penggerakan berarti fungsi yang
dijalankan pada media massa berupa pengarahan seorang pemimpin agar para
stafnya bersedia melaksanakan tugas, mendorong dan memotivasi bawahan, serta
menciptakan iklim atau suasana pekerjaan yang kondusif, khususnya dalam metode
komunikasi dari atas ke bawah atau sebaliknya, sehingga timbul saling
pengertian yang baik sertamenumbuhkembangkan disiplin kerja dan rasa saling
memiliki. Fungsi penggerakan menjadi penting bagi sebuah media massa karena
setiap media idealnya mempunyai ideologi maupun visi misi masing-masing. Jika
fungsi
penggerakan
dapat diterapkan secara terarah, maka para staf redaksi akan mengerti betul
akan tujuan media yang mereka naungi termasuk menyusun redaksi berita yang
mereka liput.
d) Tahap
Peliputan
Proses
peliputan dalam manajemen redaksional adalah mencari berita (news hunting),
atau meliput bahan berita. Aktivitas meliput berita dilakukan setelah melewati
poses perencanaan dalam rapat proyeksiredaksi. Dalam meliput berita terdapat
tiga teknik, yaitu reportase, wawancara, dan riset kepustakaan (studi literatur).Pengolahan
data seperti berita isu membutuhkan ketepatan dengan narasumber yang terkait,
jika tidak akurat bias menjadi kendala dalam prosespeliputan. Ini menjadi hambatan
yang sering terjadi di lapangan.Proses peliputan seperti isu membutuhkan suatu
teknik pendekatan terhadap narasumber yang terkait untuk bias mendapatkan data.
Kemampuan
seorang wartawan dituntut bisa melakukan hal pandai melakukan pendekatan agar
narasumber bisa memberikan keterangan untuk isu yang sedang di angkat. Dalam
peliputan peristiwa yang tidak terduga bi sa melakukan pendekatan pihak terkait
dengan peristiwa seperti saksi jika meliput suatu kejadian misalnya kebakaran.
Peliputan
suatu peristiwa yang tidak terduga menjadi proses yang harus segera dilakukan dindakan
mencari data terkait. Misalnya suatu peristiwa kebakaran yang terjadi, seorang
wartawan harus sigap dalam melakukan tindakan jika ada info terjadi kejadian
kebakaran. Info yang di dapat harus segera di cek seperti mendatangi tempat kejadian.
Jika benar terjadi hal yang pertama
adalah
mengambil gambar tempat kejadian selanjutnya setelah seorang reporter/wartawan
mendapatkan data dalam suatu peliputan, data tersebut diolah dalam kegiatan
penulisan suatu berita.
Penulisan berita biasanya menggunakan teknik
melaporkan (to report), yang merujuk pada pola piramida terbalik (inverted pyramid),
dan mengacu pada rumusan. 5W+1H. Berita ditulis dengan menggunakan rumus 5W+1H,
agar berita menjadi lengkap, akurat, dan sekaligus memenuhi standar teknis jurnalistik.
Setiap peristiwa yang dilaporkan, harus terdapat enam unsur dasar, yaitu what
(peristiwa apa yang akan dilaporkan kepada khalayak), who (siapa yang menjadi
pelaku dalam peristiwa berita itu), when (kapan peristiwa itu terjadi), where(dimana
peristiwa itu terjadi), why (mengapa peristiwa itu sampai terjadi), dan how
(bagaimana jalannya peristiwa atau bagaimana cara menanggulangi peristiwa itu).
Dalam konteks Indonesia, para praktisi jurnalistik kerap menambahkan satu unsur
lagi yaitu aman (safety, S), sehingga rumus anny a menj adi 5W+1 H ( 1 S ).
Maksudnya,
beriata apapun yang akan dipublikasikan, diyakini tidak akan menimbulkan dampak
negatif bagi media massa bersangkutan dan masyarakat serta
pemerintah.
Teknik
melaporkan (to report), reporter atau
tidak boleh memasukkan pendapat pribadi dalam berita yang ditulis.
Berita adalah laporan tentang fakta secara apa adanya (das sain), bukan laporan
tentang bagaimana seharusnya (das sollen). Reporter atau wartawan Radar Cirebon
melaporkan liputan dengan menulisnya di ruang redaksi dengan data yang di dapat
menggunakan bahasa yang lugas seperti dalam teknik piramida terbalik berarti
pesan disusun secara deduktif. Kesimpulan dinyatakan terlebih dahulu pada
paragraf pertama, kemudian disusul dengan penjelasan dan uraian yang lebih
rinci pada paragraf-paragraf berikutnya.
Penyuntingan
naskah atau editing adalah sebuah proses memperbaiki atau menyempurnakan
tulisan secara redaksional dan substansial. Pelakunya disebut editor atau
redaktur. Secara redaksional, editor memperbaiki kata dan kalimat supaya lebih logis,
mudah dipahami, dan tidak rancu. Selain kata dan kalimat harus benar ejaan atau
cara penulisannya, juga harus benar-benar mempunyai arti dan enak dibaca. Sedangkan
secara substansial, editor harus memperhatikan fakta dan data agartetap terjaga
keakuratan dan kebenarannya.Tahap Penggerakan berikutnya erat kaitannya dengan
pengarahan, Pengarahan disini erat kaitannya dengan tanggung jawab seorang
kepala perusahaan terhadap para bawahannya. Fungsi menggerakkan tertuju pada
karyawan untuk melaksanakan tanggung jawab mereka.
e) Tahap
Pengawasan
Tahap
pengawasan dalam manajemen redaksional adalah kegiatan untuk mengetahui apakah
pelaksanaan kerja bidang redaksional telah sesuai dengan rencana semula atau
tidak. Tahap pengawasan dalam bidang redaksional merupakan kegiatan penting
karena adanya evaluasi dan penyuntingan hasil aktivitas sebuah berita yang akan
dit e rbitkan.
Pengawasan
ialah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan
tujuan-tujuan perencanaan, merancang system informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan
koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan
digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan
perusahaan. Pengawasan harus dilakukan berdasarkan
hasil kerja atau kinerja yang dapat diukur agar fungsi pengawasan dapat berjalan
secara efekti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar